animasi  bergerak gif

30 Maret 2012

Mengatasi Kebiasaan Ngompol Anak

Mengatasi Kebiasaan Ngompol Anak. Kebiasaan ngompol pada anak yang sudah duduk di bangku sekolah kadang membuat jengkel orangtua. Tak jarang omelan keluar dari mulut seorang ibu karena harus menjemur kasur yang basah oleh air kencing anaknya. Namun, sebelum marah sebaiknya orangtua paham apa dan mengapa ngompol itu terjadi.

Dokter spesialis anak dr Mohammad Sjaifullah Noer SpA(K), ngompol yang dalam bahasa medis disebut enuresis merupakan pengeluaran air kencing yang tidak disadari. Terjadi pada tempat dan waktu yang secara sosial dianggap tidak benar. Frekuensinya tidak satu atau dua kali saja dalam seminggu, melainkan setiap malam. Padahal anak dianggap sudah mampu mengendalikan kandung kemihnya.

“Bayi ngompol 20 kali sehari itu tergolong normal. Tetapi, kalau anak usia lima tahun masih ngompol lebih dari delapan kali sehari, nah itu bisa dibilang tidak normal,” ujar Sjaifullah. Sebab, anak usia satu hingga dua tahun sudah mampu merasakan kandung kemih (buli-buli)nya yang penuh. Memasuki usia empat tahun, mereka sebenarnya sudah mampu merasakan volume buli-bulinya dan bisa mengendalikan keinginan buang air kecil, sehingga tidak ngompol lagi.

Sebagian besar anak usia lima tahun masih suka ngompol, mencapai 15-20 persen. Daripada anak usia 10 tahun (7 persen) dan usia 15 tahun (1-2 persen). Sementara anak laki-laki di bawah usia 11 tahun yang masih suka ngompol jumlahnya lebih kecil dibanding anak perempuan. Perbandingannya 2:1. Sebaliknya anak-anak laki-laki yang usianya di atas 11 tahun tercatat 1:1.

Cari Tahu Penyebabnya

Mengapa mereka masih juga ngompol? Orangtua perlu tahu dulu apakah si anak pernah ngompol atau tidak sebelumnya. “Kalau sejak lahir ngompol terus kemungkinan ada infeksi pada saluran kencing, ini termasuk enuresis primer,”


terang Sjaifullah yang praktik di Rumah Sakit Husada Utama (RSHU) Surabaya ini.

Infeksi ini disebabkan rusaknya dinding buli-buli sehingga obat-obatan tidak bekerja dengan baik. Anak yang menderita infeksi saluran kencing (ISK), 45 persen di antaranya akan ngompol. Sedangkan anak yang tidak menderita ISK, hanya 17 persen saja yang ngompol.

Bisa juga karena faktor genetik (keturunan). Jika kedua orangtuanya menderita enuresis di masa kecil, kemungkinan anak akan mengalami enuresis 77 persen. Sebaliknya, bila salah satu orangtua enuresis, anak kemungkinan enuresis 44 persen. Kalau kedua orangtua tidak pernah ngompol sama sekali, kemungkinan menurun pada anak 15 persen.

Selain dua faktor tersebut, masih ada beberapa sebab mengapa anak sering ngompol. Antara lain, golongan sosio-ekonomi rendah, hambatan sosial atau psikologis selama masa perkembangan (umur 2-4 tahun), latar belakang pendidikan orangtua rendah, toilet training tidak pernah diterapkan atau karena dia adalah anak pertama.

“Tetapi, 99 persen kejadian tanpa disertai kelainan anatomi saluran kemih. Justru faktor psikologis anak usia dua hingga empat tahun adalah pemicu utamanya, biasa disebut enuresis sekunder,” kata Sjaifullah. Padahal, di masa itu anak sudah mengerti kalau kencing harus ke kamar mandi.

Sebab psikologis itu biasanya berupa stres akibat perceraian orangtuanya, berpisah dengan keluarga, kematian keluarga, kelahiran saudara, pindah rumah, iri atas kelahiran adiknya atau child abuse (kekerasan pada anak). Untuk itu sebaiknya saat anak berusia satu tahun, segera kenalkan konsep toilet training (latihan pola buang air kemih yang baik).

“Orangtua sebaiknya tahu kapan anaknya biasa ngompol,” saran Sjaifullah. Sehingga, sebelum waktu ngompol, anak bisa dibangunkan dan diajak ke toilet untuk kencing. Lama kelamaan anak akan sadar dan terbangun dengan sendirinya di waktu malam untuk kencing. Tak lupa untuk memotivasi anak-anak dengan memberi pujian dan penghargaan setiap kali berhasil tidak ngompol, serta menjelaskan bahwa ngompol itu bukan kesalahan mereka.

Meski ada juga cara farmakologi (obat-obatan) untuk mengatasinya. Yaitu dengan memberi ADH (anti diuretic hormon) yang mampu menghambat kencing, anti depresan (merelakskan kandung kemih agar tidak terasa tebal), akupuntur, hipnosis, atau homeopathy. “Kebiasaan ngompol ini 50 persen akan sembuh dalam empat tahun,” ucap Sjaifullah. marta nurfaidah

Langkah Mencegah Anak Ngompol

Jika ngompol masih menjadi kebiasaan anak-anak di saat mereka bukan lagi bayi, cobalah tujuh langkah berikut ini:

Beri pujian dan penghargaan setiap kali anak berhasil tidak ngompol.
Jelaskan bahwa ngompol itu bukan kesalahan mereka.
Beri lampu atau penerangan yang cukup agar anak dapat pergi sendiri ke kamar mandi untuk kencing di malam hari.
Sekitar usia satu tahun, ajari anak agar bilang dulu sebelum kencing sehingga mereka tidak ngompol.
Ajak anak ke kamar mandi sebelum tidur atau sediakan pispot di dekat tempat tidur.
Kurangi minum di malam hari.
Pastikan anak sudah bersih atau mandi sebelum berangkat sekolah. ida


Demikian hal-hal yang sebaiknya diketahui seputar kebiasaan ngompol anak serta tips dan trik yang bisa diambil oleh para orang tua untuk mengatasi kebiasaan anak yang masih ngompol pada malam hari. Semoga bermanfaat.

1 komentar:

Junaedi mengatakan...

Mantap gan artikelnya inspiratif sekali...

Posting Komentar