Sebagai orangtua, para mama pasti
sering mendengar teriakan serta suara-suara bantingan akibat si adik
berebut mainan dengan si kakak. Pertengkaran itu kadang membuat sang
bunda terprovokasi sehingga ikut-ikutan berteriak. Padahal, pertengkaran
tersebut tidak dapat diselesaikan dengan saling meneriaki. Lantas,
bagaimana cara mengatasinya? Simak uraian berikut!
Menghargai Anak
Hal paling pertama yang mesti dilakukan oleh seorang bunda adalah
menyadari kepribadian anak. Jangan pernah menyepelekan hal ini dengan
anggapan bahwa mereka masih anak kecil. Ya. Mereka memang cuma anak
kecil, namun anak kecil itu ibarat busur panah. Anak akan semakin tajam
jika sang bunda mendidik mereka dengan tajam pula.
Anak akan tumbuh menjadi seseorang yang pengertian dan mandiri ketika
dia melihat contoh nyata dari orang yang sangat dekat dengannya. Ketika
anak masih berusia di bawah lima tahun, sang bunda adalah sosok yang
paling penting dalam kehidupan seorang anak. Bunda yang mempunyai ilmu
dalam mendidik pasti tidak akan semena-mena memperlakukan anak-anaknya.
Ia akan berpikir keras bagaiman mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya di
masa keemasan tersebut.
Teriakan dan bantingan pintu dengan kata-kata kasar hanya akan
membuat anak menjadi anak yang kasar dengan kepribadian yang mudah
tersinggung dan tidak mampu menerima perbedaan. Ketika keinginannya tak
terpenuhi, ia akan menggunakan kekuatan fisik. Hal inilah yang
seharusnya tidak boleh terjadi. Ketika ini terjadi, akan sulit untuk
memberikan pengaruh yang baik dan menghapuskan pengaruh jelek yang telah
tertanam sebelumnya.
Hal kedua yang harus bunda lakukan adalah tidak menganggap remeh, adalah mainan. Mungkin bagi seorang mama
atau bunda, mainan merupakan hal sepele sehingga dengan mudah meminta
si kakak untuk mengalah. Ingat, jangan pernah lakukan hal ini karena
persoalannya tidak terbatas pada kakak yang harus mengalah. Ajarkan pula
adik untuk menghargai barang milik kakak, begitupun sebaliknya.
Ketika kakak harus selalu mengalah, sang kakak akan merasa bahwa
menjadi seorang kakak itu tidak enak dan bukan merupakan satu posisi
yang menyenangkan. Ingatlah bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini
yang bisa meminta bahwa ia ingin menjadi ada pertama atau ia ingin
menjadi anak bungsu agar dimanja. Karena hal itu sudah menjadi takdir,
bunda tidak boleh pilih kasih. Bunda tidak bisa selalu memposisikan
kakak sebagai anak yang harus selalu mengalah pada adiknya. Sang kakak
bisa cemburu dan kecemburuan ini bisa berdampak pada hubungan yang baik
antara kakak dan adik nantinya.
Sering terdengar betapa sakit hati sang kakak terbawa hingga ia
menjadi anak dewasa. Pada tekanan tertentu sang kakak bisa frustasi dan
tidak merasa nyaman berada di dekat ibu dan adiknya karena ia tak bisa
mengandalkan ibunya untuk membela kepentingannya. Pasti bukan satu
posisi yang menyenangkan ketika tidak bisa bersandar pada bahu ibu
ketika mempunyai masalah yang pelik.
Ketika memutuskan untuk mempunyai lebih dari satu anak, orangtua
harus belajar memahami bahwa mereka hadir untuk semua anaknya dan bukan
untuk salah satu anak saja. Semua keputusan pasti ada konsekuensi yang
harus ditanggung. Kalau merasa tidak bisa adil dan merasa ada masalah
yang akan menjadi kendala, memutuskan hanya mempunyai satu anak, adalah
satu keputusan yang baik. Atau memutuskan mempunyai anak lagi ketika
anak yang pertama telah berusia cukup matang untuk mempunyai adik atau
bahkan sang anak sendiri yang memohon agar mempunyai seorang adik. Hal
ini mungkin merupakan jalan tengah agar sang kakak mudah diminta
pertolongan ketika memang harus lebih perhatian kepada adiknya. Sang
kakak juga bisa dilibatkan dalam mengurus sang adik.
Kalau keputusan yang terakhir ini yang diambil, bunda harus
memikirkan usia dan tenaga untuk hamil dan merawat bayi lagi. Pasti
tidak mudah tetapi resiko itu pasti ada dan harus dihadapi dengan santai
dan biasa saja agar stres juga tidak mempengaruhi sang janin.
Jika pertengkaran itu dipicu akibat kesalahan si adik, bunda boleh
meminta kakak untuk mengalah. Namun, jangan lakukan hal ini terlalu
sering karena si kakak akan berpikir bahwa ibunya lebih menyayangi adik.
Jadi, jika pertengkaran itu memang kesalahan adik, bunda harus
menasihatinya untuk meminta maaf pada kakak. Bila masih melanggar, beri
hukuman untuk berdiri di pojok rumah.
Hukuman tidak hanya berlaku bagi adik, kakak pun harus diperlakukan
sama jika berbuat kesalahan. Hukuman itu bukan berarti mengajarkan
kekejaman pada anak, melainkan cara untuk melatih mereka agar bersikap
disiplin. Dengan demikian, adik dan kakak akan merasa mendapat perlakuan
yang sama dari ibu mereka.
Menghukum Anak dan Penyelesaian
Ketika bunda memarahi kakak, peran ayah dibutuhkan. Dalam hal ini,
ayah berperan sebagai pihak yang netral, tidak membela kakak maupun
adik. Nah, setelah bunda selesai memarahi kakak, ayah harus berusaha
mengajak kakak bicara seraya memberikan penjelasan mengapa bunda sampai
marah karena anak kadang tidak tahu alasan orangtua memarahinya.
Posisi ayah seperti ini tidak bisa juga diberlakukan terus-menerus.
Hal ini akan menyebabkan pengertian anak terhadap orangtuanya menjadi
salah. Mereka akan berpendapat bahwa bundanya tukang marah dan ayahnya
adalah sosok yang bijaksana. Terkadang ketika sang ayah marah, bunda
harus bisa menenangkan anak-anak dan menjelaskan mengapa ayahnya marah.
Keadaan ini akan membuat anak mempunyai pemikiran yang berimbang
terhadap kedudukan orangtua mereka.
Sudut pandang anak dan sudut pandang orangtua tentu berbeda. Kadang,
anak akan merasa bahwa hal yang dilakukannya benar-benar tidak salah.
Setelah suasana mulai dingin, mama boleh kembali memanggil kakak untuk
menyampaikan kalimat-kalimat positif. Misalnya, “Besok, kalau adik minta mainan lagi, boleh ya?” atau “Besok, kalau adik minta mainan lagi, dikasih yang lain aja ya!”
Ingat, jangan sekali-kali mengulangi kalimat negatif pada anak. Misalnya, “Besok, kalau adik minta mainan, mau dipukul lagi?” Perkataan tersebut hanya akan membuat kakak merasa kesalahannya diungkit-ungkit sehingga ia berpikir bahwa mama masih marah.
Intinya, untuk menyelesaikan masalah ini, mama harus mengatakan
hal-hal positif yang ingin dilakukan si kecil, bukan hal negatif yang
tidak boleh dilakukan si kecil.
Mencari Cara Agar Adik dan Kakak Rukun
Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh mama
adalah mencari cara untuk membuat adik dan kakak rukun. Akan tetapi,
cara ini tidaklah mudah karena anak-anak tidak mungkin bisa lepas dari
pertengkaran. Oleh sebab itu, biarkanlah pertengkaran kecil itu terjadi
sebagai proses untuk saling menghargai. Namun, hal itu tidak boleh lepas
dari bimbingan mama sebagai orangtua.
Berbuat adil itu susah apalagi berbuat adil kepada anak sendiri.
Terkadang seseorang yang sangat paham teori mendidik anak bahkan telah
menerbitkan buku tentang mendidik anak, juga pernah merasa bingung
dengan permasalahan yang dihadapinya. Hal ini karena setiap saat
permasalahan itu selalu berbeda dan perkembangannya pun sangat cepat
sehingga kadang satu masalah belum selesai sudah ada lagi masalah baru
yang terasa lebih besar.
Bunda harus menghindari stres. Kalau bunda stres, keluarga ikut
stres. Bagaimana agar tidak stres, ajak anak bicara. Pertama kali mereka
diajak berkompromi, mungkin saja terlihat sulit. Tetapi kalau
berkompromi telah menjadi satu kebiasaan, maka anak akan terbiasa dengan
pola itu dan mereka dengan senang hati mengikuti pola tersebut. Putus
asa tidak boleh ada dalam benak seorang ibu. Ketegaran ibu akan sangat
berpengaruh kepada tumbuh kembang jiwa dan mental anak. Penting bagi ibu
untuk terus belajar agar pikirannya tidak terkungkung hanya oleh
permasalahan rumah tangga.
Ibu perlu keluar rumah sesekali tanpa ada anak yang mengikutinya.
Kalau ibu selalu bersama anak 24 jam, tujuh hari seminggu, ibu tidak
memiliki lagi waktu khusus untuk dirinya sendiri. Hal ini bisa memicu
stres bahkan depresi dalam diri ibu. Ibu akan tampak layu dan tak
bersinar. Keadaan ini akan mempengaruhi cara ibu memandang anak-anaknya.
Agar hal ini tidak sampai terjadi, ibu harus diberi sedikit
kelonggaran, peranan suami sangat penting dalam menenangkan hati
istrinya. Suami yang tak bisa menenangkan hati istrinya hanya akan
memperkeruh keadaan. Jadi keadaan emosi ibu bisa membuatnya menjadi
seorang bunda yang hebat yang bisa menjadi penengah di antara
anak-anaknya.
Itulah cara yang bisa dilakukan oleh mama untuk mengatasi pertengkaran kakak dan adik. Semoga bermanfaat!
0 komentar:
Posting Komentar